Powered By Blogger

World

World
Koleksi

Selasa, 08 Juni 2010

Pengetahuan Sain, Filsafat dan Mistik

BAB I

PENDAHULUAN

Orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala menghadapi kata “ilmu”. Dalam bahasa Arab kata al-‘ilm berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata ilmu dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan dari sacience itu hanya bagian dari al-il’m dalam bahasa arab. Karena itu kata sacience harusnya diterjemahkan menjadi sain saja. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (sain) dengan kata al-ilm yang berarti knowledge.

Apa sih pengetahuan itu? Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Menurut al-Qur’an, tatkala manusia dalam perut ibunya, ia tidak tahu apa-apa. Tatkala ia baru lahir pun barangkali ia juga belum tahu apa-apa. Kalaupun bayi yang baru lahir itu menangis, barangkali karena kaget saja, mungkin matanya merasa silau, atau badannya merasa dingin. Dalam rahim tidak silau dan tidak dingin, lantas ia menangis.

Dilihat dari segi motif, pengetahuan itu diperoleh melalui dua cara. Pertama, pengetahuan yang diperoleh begitu saja, tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa ingin tahu lantas ia tahu-tahu, tahu. Seorang sedang berjalan, tiba-tiba tertabrak becak. Tanpa rasa ingin tahu ia tahu-tahu, tahu bahwa ditabrak becak, sakit. Kedua, pengetahuan yang didasari motif ingin tahu. Pengetahuan diperoleh karena diusahakan, biasanya karena belajar. Pokoknya pengetahuan ialah semua yang di ketahui, titik.

Pengetahuan sains ialah pengetahuan yang rasional dan didukung oleh bukti empiris. Namun, gejala yang paling menonjol dalam pengetahuan sains adalah adanya bukti empiris itu. Formula utama dalam pengetahuan sains ialah buktikan bahwa itu rasional dan tunjukkan bukti empirisnya. Kant mengatakan bahwa rasional itu sebenarnya sesuatu yang masuk akal sebatas hukum alam.

Kant mengatakan juga bahwa apa yang kita katakan rasional itu ialah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan ukuran hokum alam. Dengan kata lain, menurut kant rasional itu ialah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam.

Kesimpulannya jelas : (1) Sesuatu yang rasional ialah sesuatu yang mengikuti atau sesuai dengan hokum alam; (2) Yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hokum alam; (3) kebenaran akal diukur dengan hokum alam. Jadi, di sini, akal itu sempit saja, hanya sebatas hokum alam. Itulah sebabnya saya bisa mengatakan bahwa pemikiran yang rasional sebenarnya belum dapat disebut pemikiran tingkat sangat tinggi. Pemikiran rasional belum mampu mengungkap sesuatu yang tidak dapat diukur dengan hokum alam.

Bagaimana dengan logis? Kebenaran logis terbagi dua, pertama logis-rasional, seperti telah diuraikan di atas tadi, kedua logis-supra-rasional. Logis-supra-rasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argument, ia tidak diukur dengan hokum alam. Bila argumennya masuk akal maka ia benar, sekalipun melawan hokum alam. Dengan kata lain, ukuran kebenaran logis-supra-rasional ialah logika yang ada di dalam susunan argumennya. Kebenaran logis-supra-rasional itu ialah kebenaran yang masuk akal sekalipun melawan hokum alam.

Kita dapat membuat beberapa ungkapan sebagai berikut :

  1. yang logis ialah yang masuk akal
  2. yang logis itu mencakup rasional dan yang supra-rasional
  3. yang rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hokum alam.
  4. yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hokum alam.
  5. istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra-rasional.

Beberapa kesimpulan sebagai implikasi konsep logis diatas adalah:

  1. isi al-qur’an ada yang rasional dan ada yang supra-rasional
  2. isi al-qur’an semuanya logis, sebagian logis rasional sebagiannya logis supra-rasional.
  3. rumus metode ilmiah yang selama ini dapat diteruskan dengan penjelasan laogika itu harus di artkan rasio.
  4. mahzab rasionalisme tidak dapat diterima oleh system ini, yang dapat diterima ialah mahzab logisme.

BAB II

PENGETAHUAN SAIN

Pada bab ini dibicarakan ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Uraian mengenai ontology sain membahas hakikat dan struktur sain.

A. ONTOLOGI SAIN.

Disini dibicarakan hakikat dan struktur sain. Hakikat sain menjawab pertanyaan apa sain itu sebenarnya.

  1. Hakikat Pengetahuan Sain.

Cara kerja saya dalam memperoleh teori ialah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah adalah : logico-hypothetico-verificatif (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Harap dicatat bahwa istilah logico dalam rumus itu adalah logis dalam arti rasional. Pada dasarnya cara kerja sain adalah kerja mencari hubungan sebab-akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of Behavior Research, 1973 : 378) dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc (ini, tentu disebabkan oleh ini).

Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional. Ilmu atau sain berisi teori. Teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan sebab akibat. Sain tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan tidak sopan. Sain hanya memberikan nilsi beran atau salah. Kenyataan ini lah yang menyebabkan ada dua orang yang menganggap sain itu netral. Dalam konteks seperti itu memang ya, tapi dalam kontek lain belum tentu ya.

  1. Struktur Sain.

Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain social.

1) Sain Kealaman :

a. .Astronomi.

b. .fisika: mekanika, cahaya dan optic, fisika nuklir

c. kimia: kimia organic, kimia teknik

d. ilmu bumi: palentologi, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy, geografi

e. ilmu hayat: biofisika, botani, zoology.

2) Sain Sosial :

a. Sosiologi: sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan

b. Antropolgi: antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik

c. Psikologi: psikologi pendidikan, psikologi ank, psikologi abnormal

d. Ekonomi. Psikologi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan

e. Politik: politik dalam negri, politik hokum, politik internasional

3) Humaniora :

    • Seni: seni abstrak, grafika, pahat, tari.
    • Hokum. Hokum pidana, tata usaha Negara, adapt.
    • Filsafat: logika, ethika, estetika
    • Bahasa: sastra
    • Agama: islam, Kristen, confosius
    • Sejarah: sejarah Indonesia, dunia.

B. EPISTEMOLOGI SAIN.

  1. Objek Pengetahuan Sain.

Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) ialah semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, 1994 : 105) menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman di sini ialah pengalaman indera.

Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali : alam, tetumbuhan, hewan dan manusia, serta kejadian-kejadian sekitar alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu ; semuanya dapat diteliti oleh sain.

  1. Cara Memperoleh Pengetahuan Sain.

Perkembangan sain didorong oleh paham Humanisme. Humanisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah muncul pada zaman Yunani lama (kuno).

Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula.

Empirisisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yamg terukur. “terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh yang benar dilakukan langkah berikut : logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.

  1. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain.

Ada teori sain ekonomi : bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini sangat kuat, karena kuatnya maka ia ditingkatkan menjadi hukum, disebut hukum penawaran dan permintaan. Jika jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkat keberadaannya menjadi hukum atau aksioma.

Hipotesis (dalam sain) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya.

C. AKSIOLOGI SAIN.

  1. Kegunaan Pengetahuan Sain.

Secara umum, teori artinya pendapat yang beralasan. Alasan itu dapat berupa argument logis, ini teori filsafat ; berupa argument perasaan atau keyakinan dan kadang-kadang empiris, ini teori dalam pengetahuan mistik, berupa argument logis-empiris, ini teori sain.

Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan teori sain : sebagai alat membuat eksplanasi, sebagai alat peramal dan sebagai alat pengontrol.

a.) Teori Sebagai Alat Eksplanasi.

Menurut T. Jacob (Manusia, Ilmu dan Teknologi, 1993 : 7-8) sain merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan system lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan. Menurut teori sain pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai (biasanya disebut broken home), pada umumnya akan berkembang menjadi anak yang nakal. Penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tua amat penting dalam pertumbuhan anak menuju dewasa.

b.) Teori Sebagai Alat Peramal.

c.) Teori Sebagai Alat Pengontrol.

Perbedaan prediksi dan control ialah prediksi bersifat pasif, tatkala ada kondisi tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan menjadi ini, itu, begini atau begitu. Sedangkan control bersifat aktif, terhadap sesuatu keadaan, kita membuat tindakan atau tindakan-tindakan agar terjadi ini, itu, begitu atau begini.

  1. Cara Sain Menyelesaikan Masalah.

Yaitu pertama, ia mengidentifikasi masalah. Kedua, ia mencari teori tentang sebab-sebab kenakalan remaja. Ketiga, ia kembali membaca literature lagi.

  1. Bonus.

Netral biasanya diartikan tidak memihak. Dalam kata ‘sain netral’ pengertian itu juga dipakai. Artinya : sain tidak memihak pada kebaikan dan tidak juga pada kejahatan. Itulah sebabnya istilah sain netral sering diganti dengan istilah sain bebas nilai. Nah, bebas nilai (value free) itulah yang disebut sain netral ; sedangkan lawannya ialah sain terikat, yaitu terikat nilai (value bound). Bila sain itu kita anggap netral, atau kita mengatakan bahwa sain sebaiknya netral keuntungannya ialah perkembangan sain akan cepat terjadi. Karena tidak ada yang menghambat atau menghalangi tatkala peneliti (1) memilih dan menetapakan objek yang hendak diteliti, (2) cara meneliti dan (3) tatkala menggunakan produk penelitian. Orang yang menganggap sain tidak netral, akan dibatasi oleh nilai dalam (1) memilih objek penelitian, (2) cara meneliti dan (3) menggunakan hasil penelitian.

Tentang kemahakuasaan Tuhan itu Al-Ghazali menyatakan lebih tandas lagi sehubungan dengan hukum x-y. kata Al-Ghazali, kekuatan x menghasilkan y bukan pada atau milik x itu, melainkan pada atau milik Tuhan. Bila kapas diletakan di atas api, kekuatan untuk terjadinya terbakar atau tidak terbakar kapas itu bukan pada api melainkan pada Tuhan.

Masalah utama sain normal ialah maslah penginderaan. Padahal kita tahu bahwa metode andalan- bahkan metode satu-satunya- bagi sain normal ialah observasi (dalam arti luas), sementara observasi itu sangat mengandalkan penginderaan. Tetapi, pada penginderaan inilah kelemahan utama sain normal.

Krisis Sain Modern.

Sain modern ialah sain empirical, yaitu sain normal menurut Kuhn. Tulisan ini esensinya diambil dari buku Herman Soewardi Tiba Saatnya Islam Kembali Kaffa, Kuat dan Berijtihad (Suatu Kognisi Baru tentang Islam), 1999, bagian tiga bab 14 yang berjudul Tarnas The Cisis of Modern Science.

Menurut Tarnas, sedikitnya ada enam hal yang menarik perhatian tentang sain modern. Pertama, postulat dasar sain modern ialah space, matter, causality dan observation, ternyata semuanya dinyatakan tidak benar. Kedua, dianutnya pendapat Kant bahwa yang orang katakan jagat raya, bukanlah jagat raya yang sebenarnya, tetapi jagat raya sebagaimana diciptakan oleh pikiran manusia. Ketiga, determenisme Newton kehilangan dasar, orang pindah ke stochastic. Keempat, partikel-partikel sub-atomik terbuka untuk interpretasi spiritual. Kelima, adanya uncertainty sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg. Keenam, kerusakan ekologi dan atmosfir yang menyeluruh yang disebut Tarnas planetary ecological crisis.

Secara umum teori ialah pendapat yang beralasan. Semakin banyak makan telor akan semakin sehat atau telor berpengaruh positif terhadap kesehatan, adalah teori dalam sain. Bila permintaan meningkat maka harga akan naik, juga adalah teori sain. Menurut Plato, penjaga Negara (presiden dan menteri) haruslah filosof dan mereka tidak boleh berkeluarga, jika berkeluarga maka mereka tidak akan beres menjaga Negara. Ini teori filsafat. Jika penduduk suatu Negara beriman dan bertakwa maka Tuhan akan menurunkan berkah bagi mereka dari langit. Ini salah satu teori dalam agama Islam. Jin dapat disuruh melakukan sesuatu. Ini teori dalam pengetahuan mistik. Teori adalah pendapat (yang beralasan).

BAB III

PENGETAHUAN FILSAFAT

A. ONTOLOGI FILSAFAT.

Ontologi filsafat membicarkan tentang hakikat filsafat. Yaitu apa pengetahuan filsafat itu sebenarnya. Struktur filsafat juga dibicarakan disini. Yang dimaksut dengan struktur disini ialah cabang-cabang filsafat serta isi yaitu teori dalam setiap cabang itu. Struktur dalam arti cabang-cabang filsafat sering juga disebut sistematika filsafat.

  1. Hakikat Pengetahuan Filsafat.

Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu ; nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu (Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1996, I: 3). Langeveld juga berpendapat seperti itu katanaya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa itu filsafat, makin dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu (Langeveld, menudju ke pemikiran filsafat, 1961 : 9).

  1. Struktur Filsafat.

filsafat teridiri tiga cabang besar yaitu: ontoligi, epistimologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:

  • ontologi, membicarakan tentang hakikat (segala sesuatu), ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu.
  • Epsitimologi cara memperoleh pengetahuan itu.
  • Aksiologi membicarkan guna pengetahuan itu.

Filsafat Perennial.

Istilah perennial berasal dari bahasa latin perenis kemudian diadopsi kedalam bahasa inggris perennial yang berarti kekal (Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan : Perspektif Filsafat Perennial, 1995 : 1). Dengan demikian, filsafat perennial (philosophia perennis) ialah filsafat yang di pandang dapat menjelaskan segala kejadian yang bersifat hakiki, meyangkut kearifan yang diperlukan dalam menjalani hidup yang benar, yang menjadi hakikat seluruh agama dan tradisi yang besar spritualitas manusia (lihat Komarudin Hidayat dan M. Wahyuni Nafis, 1995: xx).

Psikologi ialah jalan untuk mengetahui adanya sesuatu dalam diri manusia (yaitu soul) yang identik dengan realitas ilahi. Dan etika adalah yang meletakkan tujuan akhir kehidupan manusia. Dengan demikian maka filsafat perenial memperliahatkan kaitan seluruh eksistensi yang ada di alam semesta ini dengan realitas ilahi itu.

Filsafat Post Modern (Post Modern Phylosopy).

Didalam literature filsafat, biasanya bahkan sejarah filsafat dibagi tiga :

    1. Filsafat yunani kuno (Ancient Philoshopy) yang di dominasi rasionalisme.
    2. Filsafat abad tengah (Middle Ages Philosophy), filsafat abad kegelapan yang didominasi oleh pemikiran tokoh Kristen.
    3. Filsafat modern (Modern Philosophy) yang didominasi lagi oleh rasionalisme.

Akhir-akhir ini agaknya telah muncul babakan keempat, yaitu filsafat Pascamodern (Post Modern Philoshopy). Pada dasarnya rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran.

B. EPISTIMOLOGI FILSAFAT.

Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu pertama objek filsafat, yaitu yang dipikirkan, cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran pengetahuan filsafat

    1. Objek Filsafat.

Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika hasil pemikiran itu disusun , maka susuna itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti abjek yang ada dan mungkin yang tidak ada. Sebenarya masih ada objek lain ayng disebut objek forma yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat.

    1. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat.

Pertama-tama filosof harus membicarakan (mempertanggungjawabkan) cara mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Yang menyebabkan kita hormat kepada para filosof ialah karena ketelitian mereka.

Berfilsafat adalah berfikir, berfikir itu tentu menggunakan akal. Yang menjadi persoalan itu apa itu sebenranya akal. Jika kita ingin mengetahui sesuatu yang tidak empiric, yang kita gunakan adalah akal, bahkan akal sekaliputn sangat diragukan hakikat kebenarannya.

    1. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat.

Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ni menjelaskan bahwa kebenaran fisalafat ialah logis tidakanya pengetahuan itu, bila logis benara, bila tidak logis salah.

Ada hal yang patut anda ingat, anada tidak boleh menutut bukti empiric untut menutut kebenaran filsafat. Pengetahun filsafat adalah pengetahuan yang logisa dan hanya logis. Bila logis dan empiris, itu adalah pengetahuan sain.

Kebenaran dalam filsafat ditentukan oleh logis tidakanya teorai itu. Ukuran logis tidaknya tersbut akan telihat pada argument yang menghasilkan kesimpulan itu.

C. AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT.

Disini akan diuraikan dua hal, pertama kegunaan pengetahuan filsdafat, dan kedua cara filsafat menyelesaikan masalah:

    1. Kegunaan Pengetahuan Filsafat.

Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebgai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumuplan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan maslaah, ketiga filsafat sebagai pandagan hidup (philosophy of life).

Yang amat penting juga ialah filsafat sebagai methodology, yatu cara memcahkan masalah yang diahadapi. Disini filsafat digunakan suatu cara atau model pemecahan masalah secara mencalam dan universal. Filsafat selalu mencari sebab terakhir dan dari sudut pandang yang seluas-luasnya.

Filsafat sebagai philosophy of life sama dengan agama, dalam hal yang sama mempengaruhi sikap dan tindakan penganutnya. Bila aagam dari tuhan atau dari langit, maka filsafat (sebagai pendagan hidup) berasalal dari pemikiran manusia.

Kegunaan Filsafat Bagi Akidah.

Akidah adalah bagian dari ajaran islam yang mengatur pada keyakinan. Pusatnya adalah keyakinan kepada tuhan. Posisisnya dalam keseluruhan islam sangat penting, merupakan fondasi ajaran islam secara kesluruhan, diatas akidah itulah keseluruhan ajaran islam berdiri dan didirikan. Keterangan ini juga berlaku juga unutk umat beragama yang lain. Untuk memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal, pertama, mengamalkan keseluruhan ajaran agama islam secara sungguh-sungguh. Kedua, mempertajam pengertian ajaran islam itu. Jadi akidah dapat dapat diperkuat dengan pengalaman dan pemahaman ajaran islam itu sendiri.

Thomas Aquinas (1225-1274) berusaha menyusun argument logis untuk membuktikan adanya Tuhan, dalam bukunya summa theologia ia berhasil menyusun lima argument tentang tuhan :

  1. Argument gerak. Alam ini selalu bergerak gerak itu tidak mungkin berasala dari alam itu sendiri, gerak itu menujukan adanya penggerak. Tuhan adalah penggerak pertama.
  2. Argument kausalitas. Tidak ada sesuatu yang mempunyai penyebab pada dirinya sendiri, sebab itu harus diluar dirinya. Dalam sebabnya da rangkaian penyebab. Penyebab pertama adalah dari tuhan yang tidak memerlukan penyebab lain.
  3. Argument kemungkinan. Adanya alam ini bersifat mungkin, mungkin ada dan mungkin tidak ada. Kesimpulan yang diperoleh dari ala mini dimulai dari tidak ada, lalu muncul atau ada kemungkinan berkembang, akhirnya rusak hilang dan tidak ada.
  4. Argument tingkatan. Isi ala mini ternyata betingkat-tingkat, ada yang dihormati, lebih dihormati, ada indah, lebih indah dan seterusnya. Tingkat tertinggi menajadi penyebab tingkat dibawahnya. Api yang mempunyai panas yang tinggi menjadi penyebab panas yang rendah dibawahnya. Tuhan adalah yang maha tertinggi dan ia penyebab dibawahnya.
  5. Argument teologis. Ini adalah argument tujuan. Alam ini bergerak menuju sesuatu. Padahal mereka tidak tahu tujuan itu. Ada sesuatu Yang Mengatur alam menuju tujuan alam. Itu adalah Tuhan (lihat Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 1997 : 86-88).

Kegunaan Filsafat Bagi Hukum.

Istilah hukum sering rancu. Kadang-kadang hukum Islami itu dikatakan syari’ah, kadang-kadang fiqih. Yang dimaksud disini adalah fiqih.

Fiqih secara bahasa berarti mengetahui. Kata fiqih bukan berarti paham tentang hukum Islam, tapi paham dalam arti umum. Butir-butir dan ketentuan hukum yang ada dalam fiqih pada garis besaranya mencakup tiga unsure :

  1. Perintah, seperti shalat, zakat, puasa dan lain sebagianya.
  2. Larangan, seperti larangan musyrik, zina dan lain sebaginya
  3. Petunjuk. Seperti cara shalat.

Hukum islami yang dijadikan aturan beramal ada di dalam hukum fiqih sebagai kumpulan hukum. Selain dalam ushul al-fiqh filsafat berguna juga dalam menafsirkan teks dan memberikan kritik ideologi.

Dalam menafsirkan teks wahyu atau teks hadis yang akan dijadikan sumber aturan hukum. Misalnya dalam menafsirkan ayat-ayat Al-qur’an dan As-sunah. Dalam perkembagan bahasa pun filsafat ada gunanya.

Kegunaan Filsafat Bagi Bahasa.

Disepakati oleh para ahli bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran. Terlihat antara hubungan erat antara bahasa dan pikiran. Ahmad Abdurrahman Hamad (Al-‘Alaqah bayn al-lughah wa al-Fikr, dar al-Ma’rifah al-Jami’iyah, 1985 : 17) menggambarkan hubungan itu bagaikan satu mata uang yang mempunyai dua sisi. Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah muncul problem yang serius, ini diselesaikan dengan bantuan filsafat. Begitu juga tatkala pemikiran sampai pada rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan, yaitu bahasa sering kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa dalam hal ini mencari kata dan susunan baru untuk menggambarkan isi konsep itu.

Diantara problem bahasa ialah dalam pemeliharaanya, bahasa sering tidak mampu membebankan diri dari gangguan pemakainya. Kekeliruan dalam bahasa akan melahirkan kekeliruan dalam berfikir.

    1. Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah.

Kegunaan filsafat yang lain ialah sebagai methodology, maksudnya sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebgai metode dalam memandang dunia (world view).

Sesuai dengan sifatnya, filasafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifatr mendalam artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.

BONUS

Ada tiga cara orang menilai suatu pendapat atau pernyataan :

  1. Ia menilai berdasarkan ketidaktahuannya tentang itu, ketidaktahuaannya itulah yang dijadikan ukuran
  2. Menilai dengan menggunakan pendapatnya sebagai ukuran.
  3. Menilai dengan menggunakan pendapatnya umumnya sebagai alat ukur.

Netralitas sain kita berkesimpulan seharusnya sain tidak netral artinya sain itu seharusnya tidak bebas nilai. Filasafat bagaimana?

Ada berbagai hal yang menarik untuk diperhatikan mengenai pertanyaan itu

  1. Dalam filsafat ada filsafat nilai dan filsafat etika, filsafat etika ada cabang filasfat yang khusus membicarakan nilai, yaiut nilai baik dan buruk.
  2. Filsafat itu adalah pemikiran orang, karena pemikiran orang maka tidaklah mungkin itu netral dalam berfikir. Sekurang-kurangnya hasil pemikiran itu telah berpihak pada pemikiran itu.
  3. Masih ada kemungkinan netralnya filsafat, yaitu ada logika, mungkin saja logika itu netral. Untuk memastikan ini dapat menganggap logika itu esensinya sama dengan esensi matematika.

BAB IV

PENGETAHUAN MISTIK.

Pengetahuan mistik adalah pengetahuan supra-rasional tentang objek yang supra-rasional. Diuraikan berikut ini diuraikan tentang pengetahuan mistik tersebut.

A. ONTOLOGI PENGETAHUAN MISTIK.

1. Hakikat Pengetahuan Mistik

Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian yang umum.adapun pengertian mistik dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ajaran atau keyakinan tentang tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio (A.S. Hornby, A Leaner’s Dictionary of Current English, 1957 : 828).

Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami oleh rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi tidak dapat dibuktikan secara empiris.

Pengetahuan mistik sebenarnya pengetahuan yang bersifat mistik ialah pengetahuan yang supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris.

2. Struktur Pengetahuan Mistik.

Dilihat dari sifatnya kita membagi mistik menjadi dua bagian yaitu mistik biasa dan misitk magis. Mistik-biasa ialah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini ialah tasawuf. Mistik magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu. Mistik magis dibagi dua macam, yaitu mistik-magis-putih dan mistik-magis-hitam. Contoh magis putih di dalam Islam seperti mukjizat, karomah ilmu hikmah. Sedangkan contoh magis hitam seperti santet, dan sejenisnya yang menginduk ke sihir. Magis hitam berasal dari luar agama.

Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Magis putih selalu dekat dan berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi sangat mendukung. Hal ini berjalan sejak zaman kenabian, pada pemilik magis putih selain Nabi disebut karamah. Kekuatan supranatural pada Nabi ada juga yang ditunjukan melalui benda seperti mukjizat Nabi Musa. Dalam benda seperti itu telah terdapat kekuatan Ilahiah (Ibn Khaldun, Muqaddimah, 1986 : 690).

Magis hitam selalu dekat, bersandar dan bergantung pada kekuatan setan dan roh jahat. Menurut Ibn Khaldun (1986 : 684) mereka memiliki kekuatan di atas rata-rata manusia, kekuatan mereka itu memungkinkan mereka mampu melihat hal-hal gaib, karena adanya dukungan setan atau roh jahat tadi. Jiwa-jiwa yang memiliki kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

Pertama, mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental atau himmah. Kedua, mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak benda-benda atau elemen-elemen yang ada didalamnya, baik benda angkasa atau benda yang ada dibumi. Ketiga, mereka yang mekakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imajinasi sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompok ini disebut kelompok pesulap (sya’badzah).

B. EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN MISTIK.

Pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui rasio. Pengetahuan ini diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Kalau indera dan rasio ialah alat mengetahui yang dimiliki oleh manusia, maka rasa atau hati juga alat mengetahui.

  1. Objek Pengetahuan Mistik.

Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, Malaikat, surga, neraka, jin dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional), seperti kebal, debus, pelet, penggunaan jin dan santet.

  1. Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik.

Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik ialah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifah.

  1. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik.

Satu-satunya tanda pengetahuan disebut pengetahuan (bersifat) mistik ialah kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam sesuatu kejadian mistik. Akan lebih merepotkan kita memahami sesuatu teori dalampengetahuan mistik bila teori itu tidak punya bukti empirik; sulit diterima karena secara rasional tidak terbukti dan bukti empirik pun tidak ada.

C. AKSIOLOGI PENGETAHUAN MISTIK.

  1. Kegunaan Pengetahuan Mistik.

Di kalangan sufi (pengetahuan mistik biasa) dapat menetramkan jiwa mereka, mereka bahkan menemukan kenikmatan luar biasa tatkala “berjumpa” dengan kekasihnya (Tuhan). Pengetahuan mereka sering dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sain dan filsafat. Pemegang magis putih menggunakan pengetahuannya untuk kebaikan, seperti untuk pengobatan, mendamaikan suami istri yang sedang cekcok.

  1. Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah.

Dari sini muncul lagi istilah baru dalam dunia mistik magis dalam dunia Islam, yaitu ‘ulum al-hikmah yang berisi antara lain rahasia-rahasia huruf Al-qur’an yang mengandung kekuatan magis, rahasia wafaq, rahasia asma Ilahiah dan ayat-ayat Ilahiah. Dari kontemplasi dan pengolahan spiritual, para tokoh akhirnya mampu merumuskan berbagai formulasi kekuatan rohaniah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-qur’an. Kekuatan alam (aflak) pun akhirnya tunduk di bawah sinar Ilahi dan dukungan-Nya melalui huruf-huruf dan nama-nama indah-Nya. Malalui kalam Ilahi inilah jiwa-jiwa Ilahiah yang aktif di dunia dapat digunakan oleh manusia untuk tujuan-tujuan yang dikehendakinya.

CONTOH-CONTOH PENGETAHUAN MISTIK

1. MUKASYAFAH.

Mukasyafah ialah salah satu contoh pengetahuan mistik, ini termasuk mistik putih. Inti semua ilmu pengetahuan adalah kesadaran tentang hubungan dan kesatuan subjek-objek (Karl Jasper, Philosophical Faith and Revalation, 1967: 61). Berbeda halnya dengan filsafat dan sain, pengetahuan mukasyafah justru diawali oleh asumsi dan kesadaran tentang adanya kesatuan esensial secara asasi antara subjek-objek, yaitu menusia-Tuhan. Hal ini dirumuskan oleh Ha’iri.

Pengetahuan mukasyafah berpijak pada asumsi bahwa Allah itu ada dan selain Allah ada juga. Akan tetapi terdapat perbedaan sifat ontologisme mendasar antara ada Allah dan ada selain Allah.

Epistemologi

Ibnu Sina membagi kegiatan penempuh jalan cahaya dalam dua tahapan, yaitu iradah (kehendak) dan riyadhah (latihan). Iradah ialah munculnya hasrat berpegang teguh pada jalan yang membimbing menuju Tuhan. Menurut Ibnu Sina iradah adalah kerinduan yang dirasakan manusia tatkala dirinya kesepian dan tidak berdaya, ia ingin bersatu dengan kebenaran agar tidak merasa kesepian dan lepas dari ketakberdayaan. Riyadhah mempunyai tiga tujuan, yaitu :

    1. Menyingkirkan segala sesuatu selain Allah yang menghalangi perjalanan spiritual.
    2. Menundukan jiwa yang cenderung menyuruh berbuat jahat ke jiwa yang tenang.
    3. Melembutkan jiwa batinniah dengan tujuan membuatnya siap menerima pencerahan.

2. ILMU LADUNI.

Dalam tasawuf dikenal tiga alat untuk berkomunikasi secara rohaniah, yaitu kalbu untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan, roh untuk mencintai Tuhan dan sirr untuk musyahadah yakni menyaksikan keindahan, kebesaran dan kemuliaan Tuhan secara yakin. Ketiga unsur itu sebenarnya menyatu, kesatuan itu secara umum disebut hati. Jika hati tersebut dikosongkan dari segala sesuatu yang buruk dan diisi dengan dzikrullah, maka hati itu akan mencapai pengetahuan yang disebut laduni. Dalam kondisi seperti itu orang tersebut telah mencapai tingkatan wali Allah atau manusia Tuhan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa, ilmu laduni adalah ilmu batiniah yang bukan merupakan hasil pemikiran; ilmu laduni adalah ilmu yang diterima langsung melalui Tuhan, iluminasi atau inspirasi dari sisi Tuhan. Adanya ilmu laduni dibenarkan oleh Al-qur’an seperti disebut dalam surat al-Kahfi : 65 “Dan telah Kami ajarkan (kepada Khidir) ilmu dari Kami”.

Epistemologi.

Maqam itu dapat dicapai dengan cara membersihkan dari (hati) melalui riyadhah dan mujahadah. Riyadhah dan mujahadah itu akan menghasilkan musyahadah (tembus pandang) pada ke-Ilahian Tuhan setelah terbukanya hijab (dinding pembatas) antara hamba dan Tuhan.

Berdasarkan konsultasi dari seorang kiayi di Cicalengka, urutan riyadhah seperti di bawah ini :

a. Harus minta ma’af kepada kedua orang tua.

b. Membasuh kedua ibu jari kaki mereka lantas air pembasuh itu diminum.

c. Ber-syahadah (ber-bay’at) di depan mereka.

d. Berpuasa yang jumlahnya disesuaikan dengan tanggal kelahirannya.

e. Dilanjutkan berpuasa 41 hari.

f. Syukuran.

g. Berhenti puasa selama 41 hari.

h. Puasa lagi selama 101 hari dan malamnya membaca wirid, diakhiri dengan sedekah.

i. Berhenti puasa selama 101 hari.

j. Puasa lagi selama 1001 hari, malamnya wiorid dan ditambah dengan tasbih, shalawat dan do’a-do’a, hari terakhir tidak makan tidak tidur 24 jam.

k. Setelah selesai puasa 1001 hari kemudian diurut kembali ke bawah dengan buka puasa makanan berbeda-beda.

l.

Kegunaan Ilmu Laduni :

  1. Agar dapat memahami ilmu dengan tepat.
  2. Dapat mengetahui tingkatan ilmu seseorang
  3. Mengetahui karakter seseorang;
  4. Dapat mengambil ilmu orang lain yang diinginkan;
  5. Dapat membedakan antara jin, setan, malaikat dan manusia, serta dapat berdialog dengan mereka;
  6. Dapat mengetahui penyakit seseorang dan menyembuhkannya;
  7. Dapat mengobati orang yang terkena santet;
  8. Dapat mengetahui jodoh seseorang dan nasibnya;
  9. Dapat mengetahui kematian seseorang, kalau mungkin mengundurkannya;
  10. Dapat mengetahui keinginan seseoarang tanpa ia mengatakannya.

3. SAEFI.

Dari etimologi kata saefi (bahasa Arab) berarti pedang. Dari segi terminology, saefi ialah nama ilmu yang terdiri dari rentetan bacaan menurut bilangan dan waktu tertentu yang disandarkan kepada Allah. Dari segi substansinya, saefi adalah do’a yang dibaca terus menerus atau berulang-ulang menurut bilangan dan waktu tertentu.

4. JANGJAWOKAN.

Adalah bahasa Sunda, disebut juga jampi aji-aji dalam bahasa Jawa, adalah semacam ucapan yang bacaannya campuran antara bahasa Arab, bahasa Sunda dan Jawa. Isi kalimatnya mirip dengan mantra, ia biasanya disusun dalam bentuk syair.

5. SIHIR.

Secara etimologis kata sihir berasal dari bahasa Arab bentuk mashdar kata kerja sahara-yasharu yang memiliki arti sesuatu yang sumbernya lembut dan halus. Selain makna bahasa di atas, kata sihir secara bahasa juga berarti al-sharfu (membelokan), maksudnya membelokan sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya ke sesuatu yang bukan yang sebenarnya.

6. ILMU KEBAL.

Ilmu kebal adalah sejenis pengetahuan yang berkembang di masyarakat, khususnya Indonesia, dikenal sebagai ilmu tentang cara-cara menjaga diri tanpa bantuan alat fisik agar tidak mempan senjata tajam atau benda lain yang dapat melukai. Bentuk keselamatan tersebut dapat berupa 1) terhindar dari perlekuan untuk melukai, 2) tidak luka pada saat orang melukai. Bentuk kedua ini lebih dikenal sebagai ilmu kanuragan dan dipandang bersifat fisik, sedangkan bentuk pertama sering disebut sebagai ilmu hikmah yang lebih bersifat psikis.

7. SANTET.

Istilah santet ialah sebutan yang digunakan di Jawa Timur, di Bali disebut leak, di NTB dan NTT disebut leo-leo, tenung di Jawa Tengah, teluh di Jawa Barat, di Tapanuli disebut begu ganyang dan di Madura disebut se’er. Dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1982: 152) disebutkan bahwa santet adalah jampe pamake keur hasud ka batur sina gering atawa maot (mantra yang dibacakan dengan maksud hasud pada orang lain agar sakit atau mati).

8. PELET.

Secara etimologis pelet mengandung arti memikat, mengambil, pesona, bujukan. Secara terminologis pelet adalah usaha sadar membujuk, menarik rasa cinta seseorang dengan cara-cara tertentu. Dilihat dari sumber pengalamannya pelet dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pertama, pelet yang menggunakan huruf-huruf Arab dan yang kedua, pelet yang diambil dari ajaran setan, berupa mantra-mantra, setelah memelet berjanji menjadi pengabdi setan itu.

9. DEBUS.

Kata debus dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengandung arti tiruan bunyi seperti hembusan angin, sedangkan di dalam Kamus Indonesia-Inggris disebutkan bahwa debus bermakna ritual display of invulnerability in west java.

Debus agaknya sama dengan ilmu kebal yang dibahas juga dalam buku ini. Memang perlu studi lebih lanjut untuk menetapkan apakah berbeeda atau tidak.

10. TENTANG JIN.

Jin adalah nama jenis, bentuk tunggalnya jinny untuk laki-laki dan jinniyah untuk perempuan, yang mempunyai pengertian “yang tertutup” atau “yang tersembunyi”. Dalam Munjid disebutkan bahwa jin adalah makhluk yang diperkirakan terletak antara manusia dan roh, dinamakan demikian karena tertutup dari pandangan mata.

Iblis adalah keturunan jin, sedangkan nenek moyang jin adalah jaan. Iblis adalah keturunan jin yang sangat pandai, tetapi kemudian ia berperangai buruk dan sombong sebagaimana digambarkan dalam Al-qur’an surat al-Kahfi : 50. perbedaan jin dan setan adalah setiap setan adalah jin dan tidak setiap jin adalah setan.

11. NYAMBAT.

Nayambat, dalam bahasa Sunda artinya kira-kira sama dengan memanggil, menghadirkan dan mendatangkan. Secara istilah nyambat ialah memanggil atau menghadirkan roh melalui suatu ritual dengan mengucapkan bacaan-bacaan tertentu.

12. ILMU KANURAGAN.

Ilmu kanuragan adalah ilmu bela diri, dapat berbentuk kekuatan yang datang dari dalam dan dapat juga datang dari luar, keduanya merupakan hasil dari latihan fisik dan riyadhah.

TUGAS MID FILSAFAT ILMU

“RESUME BUKU FILSAFAT ILMU”

OLEH : FERY PERMADI

NIM: 1083109473

DOSEN PENGAMPU: ABDUL MUKTI RO’UF, MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLMA NEGERI PONTIANAK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

JURUSAN DAKWAH