Powered By Blogger

World

World
Koleksi

Selasa, 21 Juni 2011

ISLAM SEBAGAI OBYEK PENELITIAN
Fery Permadi

Selama ini masyarakat sudah mengenal Islam, tetapi belum jelas potret Islam yang telah dikenal tersebut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang ditampilkan oleh Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistiknya. Islam yang ditampilkan oleh Fazlur Rahman yang bernuansa historis dan filosofis. Demikian pula, Islam yang ditampilkan oleh pemikir-pemikir dari Iran seperti Ali Syari’ati, Sayyed Husain Nasr, dan Murthadha Muthahhari. Kenyataan tersebut memperlihatkan adanya dinamika internal di kalangan umat Islam untuk menerjemahkan Islam dalam upaya merespon berbagai masalah umat yang mendesak. Titik tolak dan tujuan mereka sama, yakni ingin menunjukkan konstribusi Islam sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan berbagai masalah umat. Selain itu, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa Islam merupakan sebuah agama yang dapat dilihat dari sisi mana saja, dan setiap sisinya akan senantiasa memancarkan cahaya yang terang.
Dari berbagai sumber kepustakaan tentang Islam yang ditulis oleh para tokoh tersebut, dapat diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti bidang teologi, ibadah, muamalah yang di dalamnya mencakup masalah pendidikan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, lingkungan hidup, kesehatan, dan sejarah. Menurut Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, obyek yang dikaji dalam dunia Islam, bila dilihat pada tataran keberagaman, Islam dapat diwujudkan pada lima dimensi, yaitu dimensi idiologis, dimensi intelektual, dimensi eksperiansial, dimensi ritualistik dan dimensi konsekuensial.
Pada dimensi indiologis, Islam merupakan konsep keprcayaan terhadap Tuhan dalam hubungan-Nya dengan manusia dan alam. Pada dimensi ini, Islam tampak sebuah konsep yang sarat dengan berbagai aturan. Pada dimensi intelektual, Islam tampak pada sebuah konsep pemikiran keagamaan yang lahir dari kultur yang diakibatkan oleh dinamika pemikiran umat Islam. Pada dimensi eksperensial, Islam dapat dilihat keterlibatan emosional dan sentimentil oleh para pengikutnya dalam melaksanakan ajaran agamanya. Pada dimensi ritualistik, Islam tampak pada pelaksanaan ibadah ritual-formal pemeluknya. Sedangkan pada dimensi yang terakhir, Islam tampak sebagai suatu konsep yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial bagi pengikutnya.
Berdasarkan dengan dimensi-dimensi tersebut, maka dalam penelitian ke-Islaman, tidak cukup jika hanya menggunakan satu metode, karena Islam bukan agama yang mono-dimensi. Islam bukan hanya didasari pada intuisi mistik dari manusia, melainkan Islam adalah agama yang universal, yakni segala aspek kehidupan di dunia terakomodir dalam Islam. Penelitian ke-Islaman merupakan suatu keharusan, yaitu meneliti tentang ajaran Islam dari berbagai aspeknya, termasuk normatif dan aktualitasnya. Pengkajian Islam normatif dimaksudkan adalah penelaahan lebih jauh ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah Nabi yang berimplikasi pada lahirnya aturan-aturan normatif yang lain, seperti persoalan fikih, teologi, dan tasawuf. Aspek normatif adalah pengkajian Islam atas refleksi keagamaan secara fakultas, agar perkembangan masyarakat muslim semakin maju. Sementara pengkajian non-normatif adalah pengkajian terhadap aspek antropologis, sosiologis, dan historis umat Islam itu sendiri.
Dampak langsung dari gairah atau kesadaran penelitian ke-Islaman adalah penyegaran khazanah intelektualitas dalam Islam dengan pengkajian yang sistematis dan struktur yang berampak pada pencerahan terhadap iklim sportivitas ilmiah dalam Islam. Hal ini berdampak langsung kepada gairah umat Islam untuk kembali mengkaji Alquran dan Hadis Nabi sebagai sumber utama ajaran Islam. Dalam keadaan demikian, Alquran dan Hadis Nabi tidak hanya dipahami sebagai dogma ilahiyah-mabawiyah, tapi dapat dijadikan sebagai sumber teori. Penelitian terhadap Alquran bukan mempertanyakan kebenaran Alquran sebagai wahyu, tetapi mengkaji Alquran akan melahirkan sejumlah bidang. Kajian itu meliputi proses turunnya Alquran, termasuk faktor sosiologis dan kultural masyarakat pada saat Alquran diturunkan. Kajian ini melibatkan ilmu antropologi, sosiologi, dan sejarah.
Demikian halnya dengan penelitian terhadap Hadis Nabi. Riwayat-riwayat hadis yang tersebar dalam berbagai kitab hadis memerlukan penelitian yang sangat serius terhadap sanad dan matan-nya untuk membuktikan bahwa riwayat itu betul-betul berasal dari nabi. Kajian terhadap riwayat-riwayat tersebut membutuhkan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, seperti sejarah, sosiologi, dan antropologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar